Pada tanggal 13 September 2024, Universitas Petra Surabaya mengadakan talkshow menarik yang membahas film dokumenter tentang sosok seniman besar Indonesia, Nano Riantiarno, dan perjalanan Teater Koma. Film dokumenter tersebut merupakan karya George Arif, yang mendokumentasikan kontribusi Nano dan Teater Koma dalam dunia seni teater di Indonesia. Talkshow ini menjadi ajang untuk mengenal lebih dalam sejarah teater Indonesia dan peran penting Nano Riantiarno sebagai pendirinya.
Acara ini juga dihadiri oleh putra Nano Riantiarno, Rangga Riantiarno, yang memberikan perspektif pribadi mengenai perjalanan hidup dan warisan seni yang ditinggalkan oleh ayahnya. Diskusi dalam talkshow tidak hanya berfokus pada film dokumenter, tetapi juga mengupas sejarah Teater Koma, bagaimana teater ini menjadi ikon penting dalam perkembangan seni pertunjukan di Indonesia, serta berbagai tantangan yang dihadapi oleh kelompok teater tersebut sejak didirikan pada tahun 1977.
Nano Riantiarno dikenal sebagai salah satu tokoh teater paling berpengaruh di Indonesia. Kiprahnya di dunia seni, khususnya melalui Teater Koma, membawa berbagai isu sosial, politik, dan budaya ke atas panggung dengan cara yang kritis namun tetap menghibur. Dedikasi Nano untuk memperjuangkan kebebasan berekspresi melalui seni teater menjadikannya sosok yang dihormati di kalangan seniman dan masyarakat luas.
Selain membahas sejarah Teater Koma, talkshow juga menggali kehidupan pribadi Nano Riantiarno—mulai dari masa mudanya, perjalanannya dalam mendirikan Teater Koma, hingga pengaruhnya terhadap generasi muda seniman Indonesia. Kehadiran Rangga Riantiarno dalam acara ini menambah kedalaman diskusi dengan membagikan cerita-cerita keluarga yang belum banyak diketahui publik.
Siswa SMAN 10 Surabaya turut hadir dalam talkshow ini, didampingi oleh Bu Dyah Siswandari P., S.E., S.Pd. Para siswa terlihat antusias mengikuti jalannya acara, terutama karena talkshow ini memberikan mereka wawasan tentang sejarah teater Indonesia sekaligus memperkenalkan sosok-sosok yang berjasa besar dalam dunia seni pertunjukan tanah air.
Menurut Bu Dyah, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi siswa karena dapat memperluas pengetahuan mereka tentang seni teater dan sejarah budaya Indonesia. “Melalui acara ini, siswa tidak hanya belajar tentang teater, tetapi juga tentang pentingnya seni sebagai sarana ekspresi dan kritik sosial,” ujarnya.
Talkshow ini menjadi pengalaman berharga bagi para peserta, khususnya siswa SMAN 10 Surabaya, yang berkesempatan menyaksikan langsung diskusi tentang sosok inspiratif seperti Nano Riantiarno dan bagaimana seni teater dapat berdampak besar dalam membentuk kesadaran sosial di Indonesia.